Pages

Powered by Blogger.

SlideShow

.
0

Kalimah Kun Fayakun

Assalamualaikum...
JUTAAN Terima kasih diatas kunjungan anda serta sokongan padu dari anda semua, Terutama buat semua ADMIN-ADMIN ROMM CHIT-CHAT yg terdapat di my blog yang mana  tak pernah putus asa untuk menyeru para sahabat lain untuk menziarah My BLoG . Disamping itu mari kita sama-sama menghayati satu Kalimah yang berbunyi     " KUN FAYAAKUN "



Bila kita teliti dengan seksama ketika membaca surat “yaasiin” pada ayat ke 82 bertemulah kita dengan kalimat “kun fayakun“, yaitu perintah Allah SWT terhadap sesuatu cukuplah dengan kalimat : “Jadilah, maka terjadilah“.


Ada 6 ayat di dalam Al Gur’an firman Allah SWT tentang kun fayakun, marilah kita simak dengan seksama:
  1. Surat 2 – Al Baqarah, ayat 117 : “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya : Jadilah, lalu jadilah ia“.
  2. Surat 6 – Al An’aam, ayat 73 : “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar. Dan benarlah perkataan Nya di waktu Dia mengatakan : Jadilah, lalu terjadilah, dan ditangan-Nya-lah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang nampak. Dan Dialah Yang maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui“.
  3. Surat 16 – An Nahl, ayat40 : “Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya : Kun – (jadilah) – maka jadilah ia“.
  4. Surat 19 – Maryam, ayat 35 : “Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya : jadilah, maka jadilah ia“.
  5. Surat 36 – Yaasiin, ayat 82 : “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: jadilah, maka terjadilah ia“.
  6. Surat 40 – Al Mu’min, ayat 68 : “Dia-lah yang menghidupkan dan mematikan, maka apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya : jadilah, makajadilah ia“.


Adapun mengenai penciptaan langit dan bumi dalam enam masa dijelaskan Allah SWT melalui firman-Nya : “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam dj atas ‘Arasy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakan-Nya pula matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta Alam“. (Surat 7 – Al-A’raaf, ayat54).

Dalam ayat yang lain Allah swt berfirman : “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafaat kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka, apakah kamu tidak mengambil pelajaran?“. (Surat 10 – Yunus, ayat 3).

Berdasarkan norma-norma tersebut dapatlah dikatakan bahwa dalam men-ciptakan ba’gi Allah SWT cukup dengan menyatakan “Kun fayakun” (Jadi, lalu (maka) terjadilah), baik jadinya seketika, tak bermasa dan tak bertempo. Ataupun jadinya berproses. Karena dengan berproses itu bukanlah kejadiannya lantas keluar dari kun fayakun. Melainkan tetap dalam konteks kun fayakun itu. Yaitu dalam ke Maha Penciptaan Allah SWT sendiri tanpa memerlukan bantuan dari siapapun. Karena selain dari Allah SWT adalah makhluk (ciptaan Allah SWT).


 Insyaallah ilmu bermanfaat Wajib disebar-sebarkan,

Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.
1. Sesiapa yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.
2. Sesiapa yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.
3. Sesiapa yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
4. Orang yang menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.
5. Sesiapa yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.
6. Mereka yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.
7. Orang yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan
kedua orang tuanya dan beristighfar baginya
8. yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur'an maka orang yang mengajarnya
akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa
mengurangi pahala anak itu sendiri.


Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : "Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :
1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)
2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.
3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.

 Sekian Wassalam..
0

Senarai mangsa tragedi tanah runtuh

Senarai mangsa tragedi tanah runtuh



Al-Fatihah... kepada Mangsa Yang Terkorban. dan Salam Takziah Kepada Keluarga Mangsa semua..... Al-Fatihah....




2011/05/22
KUALA LUMPUR: Berikut adalah senarai nama 25 mangsa yang terbabit dalam tragedi tanah runtuh di Rumah Anak-anak Yatim dan Anak-anak Hidayah Madrasah Al-Taqwa di Hulu Langat dekat sini.



Sehingga 5.30 pagi ini, semua mangsa yang tertimbus sudah dikeluarkan pasukan mencari dan menyelamat dengan 16 daripadanya terkorban dan sembilan cedera.
Operasi yang bermula jam 2.45 petang semalam berakhir kira-kira 5.30 pagi ini dengan penemuan mangsa terakhir pada jam 5.05 pagi.
Operasi mencari dan menyelamat disambung pada 8 pagi ini bagi membuat gerakan terakhir untuk memastikan tidak ada lagi mangsa yang terperangkap.



Berikut ialah senarai nama penuh mangsa yang diperoleh dari bilik gerakan bergerak yang dibuka di lokasi kejadian:



Enam belas yang terkorban ialah:

1) Mohd Kamarul Amizan, 11 tahun 2) Nurahimi Rosdi, 14
3) Dzahir Haziq M. Muin, 11
4) Ahmad Lokman Hakim, 11
5) Farid Ibrahim, 34
6) Mohd Azret Azahari, 8
7) Wan Ahmad Hasril Hazim, 11
8) Zahid Assawal Zamri, 19
9) Mohd Mustakim Mamat, 12
10) Mohd Naerzein M. Nor, 8
11) Mohd Aiman Abdullah, 10
12) Shahrul Nurimran Adnan, 9
13) Mohd Zaid Azahari, 14
14) Mohd Imal Fahad, 9
15) Mohd Riezman Abdul Latif, 9
16) Mohd Hazim Sapri, 10



Sembilan yang terselamat ialah:

1) Aizat Khusairi, 12
2) M. Allaudin Sobri, 14
3) M. Syatiq Ibrahim, 21
4) Khairul Anuar Nasri, 9
5) M. Harris Izuddin Sahrul, 11
6) Zulkhairi Aminuddin, 13
7) Izzuddin Abdullah, 30
8) Izuan Zakaria, 33
9) Mohd Akmal Mohd Jefri, 10

Lapan daripada mereka sedang dirawat di Hospital Ampang manakala Mohd Akmal di KPJ Kajang. - BERNAMA

http://www.bharian.com.my/bharian/articles/2011052211345620110522113456/Article
0

Perjalan Menuju ke Hari Pembalasan

Assalamualaikum... 
Di pagi ini tercetus adea untuk hamba berkongsikan cerita dari khutbah jumaat yg bertajuk "Perjalan Menuju Ke Hari Pembalasan" Mari kita mengahayati kisah ini....


Kuliah Jumaat: Perjalanan Menuju ke Akhirat yang Perlu Disedari!
Lihat lebih details-->
Hari akhirat, hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah ta’ala dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata dengan penuh penyesalan.

يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي

“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Qs. Al Fajr: 24)
perjalananManusia 1024x723 Kuliah Jumaat: Perjalanan Menuju ke Akhirat yang Perlu Disedari!

Maka seharusnya setiap muslim yang mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan dan hari esok manusia yang sesungguhnya, yang kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya usia manusia. Allah ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr: 18)

Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok.” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfan (hal. 152 – Mawaaridul Amaan). Beliau (Abu Qatadah) adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 409)

Semoga Allah ta’ala meridhai sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang mengingatkan hal ini dalam ucapannya yang terkenal: “Hisab-lah (introspeksilah) dirimu (saat ini) sebelum kamu di-hisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), dan timbanglah dirimu (saat ini) sebelum (amal perbuatan)mu ditimbang (pada hari kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu (menghadapi) hisab besok (hari kiamat) jika kamu (selalu) mengintrospeksi dirimu saat ini, dan hiasilah dirimu (dengan amal shaleh) untuk menghadapi (hari) yang besar (ketika manusia) dihadapkan (kepada Allah ta’ala):

يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ

“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).” (Qs. Al Haaqqah: 18). (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau Az Zuhd (hal. 120), dengan sanad yang hasan)

Senada dengan ucapan di atas sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan (kita) sedangkan akhirat telah datang di hadapan (kita), dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu orang yang mengagumi/mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia, karena sesungguhnya saat ini (waktunya) beramal dan tidak ada perhitungan, adapun besok (di akhirat) adalah (saat) perhitungan dan tidak ada (waktu lagi untuk) beramal.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az Zuhd (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab beliau Jaami’ul ‘uluumi wal hikam (hal. 461)).

Jadilah kamu di dunia seperti orang asing…
Dunia tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang akhirat tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri yang kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup maka dengan izin Allah dia akan sampai ke tujuan dengan selamat, dan barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akan sampai ke tujuan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Al Bukhari no. 6053)

Hadits ini merupakan bimbingan bagi orang yang beriman tentang bagaimana seharusnya dia menempatkan dirinya dalam kehidupan di dunia. Karena orang asing (perantau) atau orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang yang hanya tinggal sementara dan tidak terikat hatinya kepada tempat persinggahannya, serta terus merindukan untuk kembali ke kampung halamannya. Demikianlah keadaan seorang mukmin di dunia yang hatinya selalu terikat dan rindu untu kembali ke kampung halamannya yang sebenarnya, yaitu surga tempat tinggal pertama kedua orang tua kita, Adam ‘alaihis salam dan istrinya Hawa, sebelum mereka berdua diturunkan ke dunia.

Dalam sebuah nasehat tertulis yang disampaikan Imam Hasan Al Bashri kepada Imam Umar bin Abdul Azizi, beliau berkata: “…Sesungguhnya dunia adalah negeri perantauan dan bukan tempat tinggal (yang sebenarnya), dan hanyalah Adam ‘alaihis salam diturunkan ke dunia ini untuk menerima hukuman (akibat perbuatan dosanya)…” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfaan (hal. 84 – Mawaaridul Amaan))

Dalam mengungkapkan makna ini Ibnul Qayyim berkata dalam bait syairnya:
Marilah (kita menuju) surga ‘adn (tempat menetap) karena sesungguhnya itulah
Tempat tinggal kita yang pertama, yang di dalamnya terdapat kemah (yang indah)
Akan tetapi kita (sekarang dalam) tawanan musuh (setan), maka apakah kamu melihat
Kita akan (bisa) kembali ke kampung halaman kita dengan selamat?
(Miftaahu Daaris Sa’aadah (1/9-10), juga dinukil oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 462))

Sikap hidup ini menjadikan seorang mukmin tidak panjang angan-angan dan terlalu muluk dalam menjalani kehidupan dunia, karena “barangsiapa yang hidup di dunia seperti orang asing, maka dia tidak punya keinginan kecuali mempersiapkan bekal yang bermanfaat baginya ketika kembali ke kampung halamannya (akhirat), sehingga dia tidak berambisi dan berlomba bersama orang-orang yang mengejar dunia dalam kemewahan (dunia yang mereka cari), karena keadaanya seperti seorang perantau, sebagaimana dia tidak merasa risau dengan kemiskinan dan rendahnya kedudukannya di kalangan mereka.” (Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 461), dengan sedikit penyesuaian)

Makna inilah yang diisyaratkan oleh sahabat yang meriwayatkan hadits di atas, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu ketika beliau berkata: “Jika kamu (berada) di waktu sore maka janganlah tunggu datangnya waktu pagi, dan jika kamu (berada) di waktu pagi maka janganlah tunggu datangnya waktu sore, serta gunakanlah masa sehatmu (dengan memperbanyak amal shaleh sebelum datang) masa sakitmu, dan masa hidupmu (sebelum) kematian (menjemputmu).” (Diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, no. 6053).

Bahkan inilah makna zuhud di dunia yang sesungguhnya, sebagaimana ucapan Imam Ahmad bin Hambal ketika beliau ditanya: Apakah makna zuhud di dunia (yang sebenarnya)? Beliau berkata: “(Maknanya adalah) tidak panjang angan-angan, (yaitu) seorang yang ketika dia (berada) di waktu pagi dia berkata: Aku (khawatir) tidak akan (bisa mencapai) waktu sore lagi.” (Dinukil oleh oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 465))

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى

Berbekallah, dan sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa
Sebaik-baik bekal untuk perjalanan ke akhirat adalah takwa, yang berarti “menjadikan pelindung antara diri seorang hamba dengan siksaan dan kemurkaan Allah yang dikhawatirkan akan menimpanya, yaitu (dengan) melakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya.” (Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 196))

Maka sesuai dengan keadaan seorang hamba di dunia dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan perbuatan maksiat, begitu pula keadaannya di akhirat kelak. Semakin banyak dia berbuat baik di dunia semakin banyak pula kebaikan yang akan di raihnya di akhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya untuk meraih keselamatan dalam perjalanannya menuju surga.

Inilah diantara makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Setiap orang akan dibangkitkan (pada hari kiamat) sesuai dengan (keadaannya) sewaktu dia meninggal dunia.” (HR. Muslim, no. 2878). Artinya: Dia akan mendapatkan balasan pada hari kebangkitan kelak sesuai dengan amal baik atau buruk yang dilakukannya sewaktu di dunia. (Lihat penjelasan Al Munaawi dalam kitab beliau Faidhul Qadiir (6/457))

Landasan utama takwa adalah dua kalimat syahadat: Laa ilaaha illallah dan Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, sebaik-baik bekal yang perlu dipersiapkan untuk selamat dalam perjalanan besar ini adalah memurnikan tauhid (mengesakan Allah ta’ala dalam beribadah dan menjauhi perbuatan syirik) yang merupakan inti makna syahadat Laa ilaaha illallah dan menyempurnakan al ittibaa’ (mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perbuatan bid’ah) yang merupakan inti makna syahadat Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Maka dari itu, semua peristiwa besar yang akan dialami manusia pada hari kiamat nanti, Allah akan mudahkan bagi mereka dalam menghadapinya sesuai dengan pemahaman dan pengamalan mereka terhadap dua landasan utama Islam ini sewaktu di dunia.
Fitnah (ujian keimanan) dalam kubur yang merupakan peristiwa besar pertama yang akan dialami manusia setelah kematiannya, mereka akan ditanya oleh dua malaikat: Munkar dan Nakir (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat At Tirmidzi (no. 1083) dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah, no. 1391) dengan tiga pertanyaan: Siapa Tuhanmu?, apa agamamu? dan siapa nabimu? (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Ahmad (4/287-288), Abu Dawud, no. 4753 dan Al Hakim (1/37-39), dinyatakan shahih oleh Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi.). Allah hanya menjanjikan kemudahan dan keteguhan iman ketika mengahadapi ujian besar ini bagi orang-orang yang memahami dan mengamalkan dua landasan Islam ini dengan benar, sehingga mereka akan menjawab: Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam dan Nabiku adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah ta’ala berfirman:

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim: 27)

Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Al Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (Laa Ilaaha Illallah) dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah (Muhammadur Rasulullah), itulah (makna) firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (HR.Al Bukhari (no. 4422), hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2871))

Termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, mendatangi telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang penuh kemuliaan, warna airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, dan baunya lebih harum daripada minyak wangi misk (kesturi), barangsiapa yang meminum darinya sekali saja maka dia tidak akan kehausan selamanya (Semua ini disebutkan dalam hadits yang shahih riwayat imam Al Bukhari (no. 6208) dan Muslim (no. 2292). Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang dimudahkan minum darinya). Dalam hadits yang shahih (Riwayat Imam Al Bukhari (no. 6211) dan Muslim (no. 2304) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu) juga disebutkan bahwa ada orang-orang yang dihalangi dan diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Karena mereka sewaktu di dunia berpaling dari petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pemahaman dan perbuatan bid’ah, sehingga di akhirat mereka dihalangi dari kemuliaan meminum air telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai balasan yang sesuai dengan perbuatan mereka.

Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Semua orang yang melakukan perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah dalam agama ini akan diusir dari telaga Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti), dan yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum muslimin, seperti orang-orang khawarij, Syi’ah Rafidhah dan para pengikut hawa nafsu, demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim yang melampaui batas dalam kezhaliman dan menentang kebenaran, serta orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan, semua mereka ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits ini (yang diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). (Kitab Syarh Az Zarqaani ‘Ala Muwaththa-il Imaami Maalik, 1/65)

Beliau (Ibnu Abdil Barr) adalah Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr An Namari Al Andalusi (wafat 463 H), syaikhul Islam dan imam besar ahlus Sunnah dari wilayah Magrib, penulis banyak kitab hadits dan fikih yang sangat bermanfaat. Biografi beliau dalam kitab Tadzkiratul Huffaazh (3/1128).

Demikian pula termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, melintasi ash shiraath (jembatan) yang dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam, di antara surga dan neraka. Dalam hadits yang shahih (Riwayat imam Al Bukhari (no. 7001) dan Muslim (no. 183) dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu) disebutkan bahwa keadaan orang yang melintasi jembatan tersebut bermacam-macam sesuai dengan amal perbuatan mereka sewaktu di dunia. “Ada yang melintasinya secepat kerdipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda pacuan yang kencang, ada yang secepat menunggang onta, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, dan ada yang disambar dengan pengait besi kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam” – na’uudzu billahi min daalik – (Ucapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab beliau Al Aqiidah al Waasithiyyah, hal. 20) .

Syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin ketika menjelaskan sebab perbedaan keadaan orang-orang yang melintasi jembatan tersebut, beliau berkata: “Ini semua (tentu saja) bukan dengan pilihan masing-masing orang, karena kalau dengan pilihan (sendiri) tentu semua orang ingin melintasinya dengan cepat, akan tetapi (keadaan manusia sewaktu) melintasi (jembatan tersebut) adalah sesuai dengan cepat (atau lambatnya mereka) dalam menerima (dan mengamalkan) syariat Islam di dunia ini; barangsiapa yang bersegera dalam menerima (petunjuk dan sunnah) yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka diapun akan cepat melintasi jembatan tersebut, dan (sebaliknya) barangsiapa yang lambat dalam hal ini, maka diapun akan lambat melintasinya; sebagai balasan yang setimpal, dan balasan (perbuatan manusia) adalah sesuai dengan jenis perbuatannya.” (Kitab Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah, 2/162)

وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

Balasan akhir yang baik (yaitu Surga) bagi orang-orang yang bertakwa
Akhirnya, perjalanan manusia akan sampai pada tahapan akhir; surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yang penuh dengan siksaan yang pedih. Di sinilah Allah ta’ala akan memberikan balasan yang sempurna bagi manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. Allah ta’ala berfirman:

فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

“Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (Qs.  An Naazi’aat: 37-41).
Maka balasan akhir yang baik hanyalah Allah peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa dan membekali dirinya dengan ketaatan kepada-Nya, serta menjauhi perbuatan yang menyimpang dari agama-Nya. Allah ta’ala berfirman:

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Qashash: 83)
Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “…Jika mereka (orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini) tidak mempunyai keinginan untuk menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, maka konsekwensinya (berarti) keinginan mereka (hanya) tertuju kepada Allah, tujuan mereka (hanya mempersiapkan bekal untuk) negeri akhirat, dan keadan mereka (sewaktu di dunia): selalu merendahkan diri kepada hamba-hamba Allah, serta selalu berpegang kepada kebenaran dan mengerjakan amal shaleh, mereka itulah orang-orang bertakwa yang akan mendapatkan balasan akhir yang baik (surga dari Allah ta’ala).” (Taisiirul Kariimir Rahmaan fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan, hal. 453)

Penutup
Setelah kita merenungi tahapan-tahapan perjalanan besar ini, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri: sudahkah kita mempersiapkan bekal yang cukup supaya selamat dalam perjalanan tersebut? Kalau jawabannya: belum, maka jangan putus asa, masih ada waktu untuk berbenah diri dan memperbaiki segala kekurangan kita -dengan izin Allah ta’ala- . Caranya, bersegeralah untuk kembali dan bertobat kepada Allah, serta memperbanyak amal shaleh pada sisa umur kita yang masih ada. Dan semua itu akan mudah bagi orang yang Allah berikan taufik dan kemudahan baginya.

Imam Fudhail bin ‘Iyaadh pernah menasehati seseorang lelaki, beliau berkata: “Berapa tahun usiamu (sekarang)”? Lelaki itu menjawab: Enam puluh tahun. Fudhail berkata: “(Berarti) sejak enam puluh tahun (yang lalu) kamu menempuh perjalanan menuju Allah dan (mungkin saja) kamu hampir sampai”. Lelaki itu menjawab: Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Maka Fudhail berkata: “Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata: Aku (hamba) milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya) maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya) maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya.” Maka lelaki itu bertanya: (Kalau demikian) bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)? Fudhail menjawab: “(Caranya) mudah.” Leleki itu bertanya lagi: Apa itu? Fudhail berkata: “Engkau memperbaiki (diri) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (perbuatan dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan di siksa (pada hari kiamat) karena (perbuatan dosamu) di masa lalu dan pada sisa umurmu.” (Dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam, hal. 464)

Beliau (Fudhail bin ‘Iyaadh) adalah Fudhail bin ‘Iyaadh bin Mas’uud At Tamimi (wafat 187 H), seorang imam besar dari dari kalangan atba’ut tabi’in yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang ahli ibadah (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 403)
Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan doa dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam HR. Muslim, no. 2720) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) untuk kebaikan agama, dunia dan akhirat kita:
Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan penentu (kebaikan) semua urusanku, dan perbaikilah (urusan) duniaku yang merupakan tempat hidupku, serta perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku (selamanya), jadikanlah (masa) hidupku sebagai penambah kebaikan bagiku, dan (jadikanlah) kematianku sebagai penghalang bagiku dari semua keburukan.

وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 20 Shafar 1430 H
***
Penulis: Ustadz  Abdullah bin Taslim Al Buthoni, M.A.
Artikel dari www.muslim.or.id
2

AZAB ANAK DERHAKA HADAPI SAKARATUL MAUT

CERITA BENAR

AZAB ANAK DERHAKA HADAPI SAKARATUL MAUT
OLEH USTAZ NAHRAWI MARZOKI



Sebaik sampai ke pintu wad, jeritan Jalal menerpa ke telinga saya Jeritannya sungguh kuat kerana azab dan sakit yang ditanggungnya tidak mampu ditanggung lagi. Saya percepatkan langkah menuju ke katilnya. Di sisi katil saya lihat ahli keluarga Jalal sedang menangis tersedu-sedu. Jelas mereka panik dan tidak tahu apa yang perlu dilakukan, kecuali melihat Jalal menggelepar kesakitan dan berdoa semoga Jalal cepat sembuh. Di katil pula, Jalal meraung dan meronta sambil tangan dan kakinya terikat kemas di katil.

"Terima kasih ustaz sebab sudi datang bantu kami. Saya dah tak tahu apa nak buat. Dah seminggu lebih adik saya macam ni," kata salah seorang abang kepada Jalal sebaik melihat saya sampai. Sebelum itu mereka menghubungi saya melalui telefon meminta saya segera datang untuk membantu menyembuhkan penyakit adik bongsu mereka itu.

   
"Apa sakitnya ni?" tanya saya. "Entahlah ustaz, doktor pun tak tau." 
Sedang kami berbual, tiba-tiba sekali lagi Jalal menjerit kesakitan.
Kali ini jeritannya cukup jelas di pendengaran saya. Jeritannya menakutkan
dan menyedihkan.

    

"Emak, ampunkan saya mak. Panaaaassss. Saya sakit mak, sakiiiiittttttt! Tolonglah emak, ampunkan dosa saya." Berserta raungan yang dilepaskan sekuat hati, tubuh Jalal menggelepar seperti dipanggang di dalam api yang marak. Mukanya berkerut sementara matanya terbelalak akibat azab yang amat pedih. Semua yang ada di wad berkenaan memandang ke arah kami. Jeritan itu menyebabkan saya tertanya-tanya. Apakah yang menyebabkan Jalal jadi  sedemikian rupa? Apa pula kaitan antara penyakitnya itu dengan ibunya? "Panggil ibunya segera," kata saya. Namun kata-kata saya itu tidak dijawab. Ahli keluarga Jalal cuma terdiam, menundukkan muka atau berpandangan sesama sendiri.
  
"Kenapa ni?" tanya saya. Dengan perlahan abang Jalal bersuara, "Ustaz, ibu kami baru sahaja meninggal dunia dua minggu lepas." "Kalau macam ini susahlah sikit. Saya rasa mungkin Jalal ada melakukan kesalahan besar kepada ibunya, sebab itulah dia menanggung azab yang begini rupa. Dalam keadaan macam ini, cuma ibunya saja yang dapat membantu," kata saya berterus terang.

Mereka cuma mendiam diri sementara jeritan Jalal semakin kuat. Saya semakin ingin mengetahui puncanya kerana dengan latar belakang itu insya-Allah saya boleh cuba carikan jalan lain untuk meredakan kesakitan Jalal."Ceritakanlah kepada saya apa yang sebenarnya telah berlaku." "Ustaz, sebenarnya adik saya ini sudah derhaka kepada arwah ibu kami," jawab salah seorang daripada mereka.


Dengan tenang, tapi air mata bergenang abang Jalal menceritakan kepada
saya kisah yang sebenarnya, kisah yang cukup menyayat hati saya.  Menurutnya, Jalal adalah anak bongsu daripada mereka enam beradik, empat perempuan dua lelaki dan di kalangan mereka, Jalallah yang mempunyai kelulusan yang lebih tinggi. Bagaimanapun, sejak kecil hinggalah dia bekerja dan seterusnya berkahwin, Jalal sentiasa sahaja melawan dan menyanggah kata-kata ibunya.

 
Nasihat dan teguran ibunya pula dipandang rendah serta tidak diendahkan. Syurga anak di bawah telapak kaki ibunya. Walaupun berpendidikan tinggi, Jalal sentiasa sahaja kekurangan wang, seolah-olah tidak dirahmati rezekinya. Berterusanlah keadaan itu hingga dia berumahtangga. Keadaan menjadi semakin buruk apabila Jalal meletakkan jawatannya di sebuah syarikat swasta. Hasratnya adalah untuk mencari rezeki yang lebih banyak disyarikat lain, namun nasibnya bukan sahaja tidak berubah, malah menjadi semakin parah.
Walau di syarikat manapun yang Jalal bekerja, dia akan menghadapi masalah yang seterusnya membawa kepada dia meletakkan jawatan. Dalam kegawatan itulah Jalal mula meminjam wang daripada sahabat-sahabatnya. Selepas sekian lama hutangnya semakin banyak, namun dia masih tidak mampu  melunaskannya. Rumahtangga Jalal mula kucar-kacir dan akhirnya mereka bercerai. Bagi menyelesaikan masalah tersebut, Jalal mendesak ibunya supaya mencagarkan tanah mereka di kampung kepada bank. Tanah seluas 12 ekar itu ditinggalkan oleh bapa mereka yang meninggal dunia tiga tahun sebelum itu.

"Emak, saya nak tanah tu. Bank dah setuju nak kasi RM500,000. Saya nak duit tu buat berniaga," katanya kasar. "Jalal, engkau ni dah melampau. Itu tanah adik-beradik kamu," jawab si ibu. "Ahhh, saya tak kira." "Jalal, emak tidak benarkan. Emak tau, duit tu nanti bukannya engkau nak buat berniaga, tapi nak bayar hutang," jawab ibunya.

Bukan sahaja ibunya, malah semua adik-beradik Jalal tidak membenarkannya mencagarkan tanah tersebut kepada bank. Jalal pulang dengan hati kecewa. Namun dia masih bertekad untuk mendapatkan tanah berkenaan walau dengan apa cara sekalipun. Suatu hari, Jalal datang ke rumah ibunya. Beberapa orang adik-beradiknya ada di situ. Sekali lagi pertengkaran berlaku dan berakhir  dengan tragedi yang amat menyedihkan. 

 
Ketika kemarahannya sampai kemuncak, Jalal menolak ibunya sekuat-kuat hati menyebabkan kepala ibunya terhantuk di pintu. Darah dari luka terpalit di pintu sedang ibunya terjelopok di lantai, rebah tidak sedarkan diri. Si ibu segera dibawa ke hospital sementara Jalal puas hati kerana dapat melepaskan kemarahannya. Akibat pendarahan otak yang serius, ibunya meninggal dunia tanpa sempat melafazkan keampunan kepada Jalal. Bermulalah azab dalam hidup Jalal. Kira-kira seminggu selepas kematian ibunya, Jalal dikejarkan ke hospital kerana jatuh sakit secara tiba-tiba. Apa yang membingungkan ialah doktor gagal mengesan penyakit yang dihadapinya.
 
Jalal sebaliknya meraung, menjerit, meronta dan menggelepar kesakitan. Dalam raungannya itulah dia meminta ampun kepada arwah ibunya kerana tidak  sanggup menanggung azab yang pedih. Berterusanlah keadaannya selama beberapa hari hingga saya dipanggil. Dalam waktu itu, doktor dan jururawat  tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mengikat Jalal di katil dan menyuntiknya dengan ubat pelali untuk menidurkannya.

"Kalau begitu kisahnya, saya cuba cara lain," kata saya. Di samping ayat-ayat suci al-Quran, saya membacakan surah Yassin untuknya. Namun apabila dibacakan saja ayat suci itu, Jalal menjerit kepanasan. Tubuhnya menggeletik dan menggelepar kesakitan. "Aduh panasnya! Emak, ampunkanlah saya emak! Jangan bawa saya ke situ emak, panas. Jangan bawa saya ke situ. Saya tak mau, sakit, sakit. Tolonglah saya emak, ampunkan saya, saya bersalah."

Jeritan Jalal itu meruntun hati saya. Apakah yang dimaksudkannya dengan 'ke situ'? Kenapa Jalal tidak mahu dibawa 'ke situ' dan apa yang dilihatnya di situ? Akibat tidak tertahan panas, tubuh Jalal terpaksa dibogelkan.Tangan dan kakinya terus diikat ke katil. Selepas puas mencuba tapi keadaan Jalal masih tidak berubah, saya meminta diri untuk pulang. Satu ingatan saya tinggalkan kepada mereka, "Jika Jalal masih hidup selepas zuhur ini, insya-Allah nyawanya masih panjang. Kalau tidak..." Ketika itu lebih kurang pukul 10 pagi.

Saya tinggalkan mereka, namun sedang saya memandu, telefon bimbit saya berdering. "Ustaz! Cepat ustaz, adik saya dah nazak," kata si abang. Saya berpatah balik dan apabila sampai di katilnya, saya lihat Jalal begitu tenat. Nyawanya seperti sudah di penghujungan. Keluarganya semakin cemas sambil air mata tidak henti-henti mengalir. Saya bacakan Surah al-Asr, Surah al-Falaq, Surah an-Naas serta asma ul husna. Alhamdulillah, Jalal berhenti meraung dan menggelepar. Keadaan senyap seketika. Masing-masing beristighfar dan membaca ayat-ayat suci al-Quran. Terbayang kelegaan di wajah mereka.

 
Tiba-tiba, ketenangan itu dipecahkan sekali lagi oleh jeritan Jalal. Dia mengerang sambil tubuhnya kejang menahan kesakitan, mata terjegil seperti hendak terkeluar dan dalam satu detik yang serentak juga najisnya terpancut keluar. Bertabur membasahi seluarnya. Bau najis menusuk hidung kami. Maha suci Allah, keadaannya adalah seperti sesuatu yang berat menghenyak perutnya yang mengakibatkan nyawa, roh, najis, organ-organ dan segala-galanya yang ada di dalam tubuh terhambur keluar secara serentak. 
Di bahagian atas, semuanya seperti hendak terpancut keluar hingga mata Jalal tersembul sementara di bahagian bawah, kakinya kaku dan najis berhambur memancut-mancut. Cukup aib dan menyedihkan. Pakaian dan katil basah dengan air mata, peluh serta najisnya. Selepas 'rentapan' itu, Jalal tidak bernafas lagi. Degupan jantungnya berhenti dan dia pergi menghadap Allah SWT untuk menerima balasan amalannya. Tamatlah riwayat seorang anak derhaka.

Saya cuma mampu melihat dengan gementar sementara keluarga Allahyarham
menangis dan berpelukan sesama sendiri. Yang perempuan terpaksa keluar
kerana tidak sanggup melihat mayat adik mereka. Demikianlah sakaratulmaut
datang menjemput Jalal. Seperti yang dijelaskan di dalam al-quran dan hadis, ia datang dengan menyentap, merentap dan merenggut nyawa Jalal tanpa ada  kasihan belas. Sudah berpuluh-puluh tahun saya menguruskan jenazah dan melihat orang menghadapi saat kematiannya, namun pengalaman menyaksikan sakaratulmaut menjemput Jalal cukup memilukan hati saya. Kesengsaraan yang ditanggung oleh Jalal sudah berakhir, namun mayatnya meninggalkan keaiban yang amat sangat. 

 
Matanya terbonjol seperti hendak terkeluar sementara giginya menyeringai. Dari kerut wajahnya, jelas sekali Allahyarham baru sahaja menanggung kesakitan dan azab yang amat pedih. Saya cuba pejamkan mata Allahyarham, namun gagal. Kelopak mata tidak berupaya untuk menutup biji matanya yang tersembul itu. Cukup mengerikan kerana hanya mata putih sahaja yang kelihatan. Ikatan di kaki dan tangan Allahyarham dileraikan dan tangannya dikiamkan. Kaki Allahyarham dirapatkan, namun sekali lagi saya menyaksikan keaiban kaki Allahyarham tidak boleh dirapatkan kerana duburnya terpancut keluar dan membonjol di celah kelengkangnya.
 
Saya menenangkan mereka supaya bersabar dan reda dengan apa yang telah terjadi. Selesai membersihkan tubuh Allahyarham, jenazah dibawa turun kerana keluarganya mahu menguruskan jenazah tersebut di rumah mereka di salah sebuah taman perumahan di sebuah negeri di pantai barat semenanjung. Rupa-rupanya keaiban belum berakhir. Sebaik sahaja van yang membawa Allahyarham keluar dari perkarangan hospital, tiba-tiba keempat-empat shock absorbernya patah secara serentak.
 
Van yang cuma membawa lima orang, mayat yang badannya sederhana sahaja, dua orang abang dan kakaknya, pemandu serta seorang pembantu, boleh patah shock absorbernya? Kelindan van bergegas memanggil kami. Maha suci Allah, Tuhan yang Maha Besar, apabila hendak dikeluarkan dari van, jenazah itu kami rasakan teramat berat hingga terpaksa diangkat oleh kira-kira 15 orang. Selesai masalah itu, satu lagi masalah timbul - tidak ada van atau kereta yang berani untuk mengangkat jenazah tersebut. Kebetulan sebuah lori kosong yang  mengangkat tanah, pasir ataupun kelapa sawit lalu di tempat kejadian. Dengan lori itulah jenazah dibawa pulang ke rumahnya.
 
Apa yang membingungkan kami ialah walaupun mayat berkenaan terlalu berat, tapi kayu penusungnya tidak pula patah. Lori bertolak ke rumah Allahyarham sementara saya pula memandu pulang ke rumah. Saya dimaklumkan bahawa Allahyarham dikebumikan di sebelah kubur ibunya. Namun diceritakan juga kepada saya bahawa tanah yang ditambun ke atas kuburnya tidak mencukupi. Untuk mengelakkan kubur Allahyarham berlubang, tanah lain terpaksa diambil dan ditambur ke atasnya.

Tiga hari kemudian, saya menerima panggilan telefon daripada keluarga Allahyarham. "Ustaz, saya nak minta pertolongan dan pandangan daripada ustaz." "Apa masalahnya itu?" tanya saya. "Kubur adik saya berlubang ustaz."
Masya-Allah, demikian sekali keaiban yang Allah tunjukkan kepada anak yang derhaka kepada ibunya. Menurut abang Allahyarham, kewujudan lubang itu disedari sehari selepas Allahyarham dikebumikan. Lubang tersebut bermula dari bahagian tengah kubur hinggalah mencecah kepada papan yang menutup liang lahad. Tambah abang Allahyarham lagi, mereka mengambusnya dengan tanah, namun keesokan harinya kubur tersebut berlubang semula.

"Begini sajalah, cuba masukkan sekali kayu atau papan ke dalam lubang tersebut, insya-Allah, tak berlubang lagi," kata saya. Namun keesokan harinya sekali lagi abang Allahyarham menghubungi saya memberitahu bahawa kubur berkenaan berlubang semula. Apa yang membingungkannya, tanah di kubur arwah ibunya langsung tidak berubah, masih tetap membusut walaupun sudah lebih dua minggu dikebumikan. Bukan itu sahaja, katanya, pokok yang ditanam di kubur ibunya juga hidup segar sedangkan pokok yang ditanam di kubur adiknya mati kelayuan. Pada hari kelima, saya menghubungi abang Allahyarham.
    
"Begini sajalah," kata saya. "Mulai malam ini buatlah majlis Yassin dan tahlil. Panggil 20 orang dan setiap seorang baca Surah Yassin sebanyak 2 kali. Apabila selesai bacaan Yassin, minta imam bacakan doa supaya diampunkan dosa Allahyarham kepada ibunya. Baca dalam bahasa Melayu dan ulang doa itu sebanyak tujuh kali."

Seperti yang saya nasihatkan, pada malam berkenaan mereka mengadakan majlis itu. Namun saya diberitahu, imam yang membaca doa tersebut menggigil ketakutan. Alhamdulillah, pada hari ketujuh, kubur berkenaan tidak lagi  berlubang. Peristiwa ini sudah berlaku empat tahun lepas namun masih terbayang-bayang di mata saya. Setiap kali tibanya hari raya aidilfitri, setiap kali itulah peristiwa tersebut menjelma dalam ingatan kerana ia terjadi cuma beberapa hari selepas kita berhari raya. Sungguh menyentuh hati saya, ketika orang sedang bergembira berhari raya, ketika itulah keluarga tersebut ditimpa petaka, si ibu meninggal dunia dan anaknya yang derhaka diazab hingga ke akhir hayatnya.
                                          


Kisah ini saya paparkan bukan untuk mengaibkan Allahyarham ataupun keluarganya, tapi supaya kita dapat mengambilnya sebagai pedoman dan iktibar. Doakanlah semoga dosa Allahyarham Jalal diampunkan Allah. Amin.

Wassalam.


0

Siapakah Yang Bertanggungjawab Untuk Berdakwah

Assalamualaikum..




Tanggungjawab dakwah adalah terletak kepada semua umat Islam. Ianya bukan kerja khusus untuk golongan tertentu sahaja. Jika kita beranggapan kerja dakwah terletak pada ustaz atau golongan ulamak sahaja, anggapan ini perlu di perbaiki dengan segera. Kerana itulah Nabi Muhammad s.a.w. bersabda " sampaikan apa yang kamu terima daripada ku walaupun ianya sedikit".

Kehidupan berbilang bangsa di negara kita Malaysia adalah sesuatu yang sangat unik.Percampuran budaya antara berbagai bangsa berlaku tanpa disedari. Islam tidak melarang kita untuk mengamalkan budaya bangaa mana pun asalkan ianya tidak bertentangan dengan hukum Islam. Demikian hebatnya Islam yang telah memurnikan apa sahaja budaya bangsa didunia menjadikan ianya sebagai budaya Islam.

Firman Allah SWT dalam Surah Al Hujurat ayat 13:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوباً وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

" Hai manusia, sesungguh Kami menciptakan kamu asalnya dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan dijadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, untuk saling mengenal antara satu sama lain, Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisi Allah, adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu".



Islam terus menerus memproses manusia menjadi insan kamil. Berpandukan dua peninggalan Rasulullah iaitu Al Quran dan As Sunnah manusia tidak akan sesat selama-lamanya walaupun dalam keadaan manusia berbodong-bondong menuju kesesatan.

Alhamdulillah bangsa Melayu telah melalui berbagai fasa pembentukan masyarakat Islam sehinggakan pada masa ini. Pembentukan masyarakat Islam bukan sahaja bermula dirumah tetapi ianya mesti diteruskan diluar rumah. Sebab itulah memilih satu kerajaan yang boleh membentuk satu sistem masyarakat dalam semua sudut yang dipandu oleh Al Quran dan As Sunnah adalah wajib. Malah ianya adalah prinsip dan aqidah umat Islam. Firman Alah SWT:" ..jika kamu berselisih pendapat dalam sesuatu hal, kembalikah kepada Allah dan Rasul..".



Subhanallah, yang telah memberi hidayah kepada ramai penganut agama lain untuk memeluk agama Islam. Setelah mengkaji secara ilmiah Al Quran dan As Sunnah dan dengan fikiran terbuka akhirkan jalan kebenaran ditemui jua.

Pengalaman penulis sebelum mengucap dua alimah syahadah. Saya telah membeli naskah Al Quran dan majalah-majalah Islam dalam tahun-tahun akhir 80-an, akhirnya memilih Islam yang terbaik dari segala anutan yang lain, Islam malah sebagai ad din, atau 'the way of life' yang tidak bolah disamakan dan dibandingkan dengan ajaran agama lain. Sabda Rasulullah "Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya".

Seorang Insan yang memilih jalan Islam dengan maksud mengamalkan ajaran Islam, artinya melahirkan satu contoh yang terbaik untuk mendakwah non muslim. Dakwah bil hal inilah yang menampakkan cantiknya Islam , ditambah dengan dakwah bil lisan yang juga tidak dapat ditinggalkan.

Persoalannya, melihat kepada rata-rata orang melayu yang beragama Islam, terus terang saya katakan lambat lagi dan bukan penyebab yang besar saya masuk Islam. Tanpa menyakini Hidayah itu adalah suatu kuasa Allah SWT yang diberikan kepada makhlukNya yang di kasihiNya.

Cuba tengok di kelab-kelab malam, kedai nombor ekor, toto,pusat judi,karaoke ,kedai arak , bunuh dengan kejam macam Altaltuya dibunuh, mat rempit, rogol dan sebagainya.Siapakah mereka itu?

Perlu diingatkan keadaannya sekarang seperti sebiji gelas yang sangat kotor, itulah orang Islam yang maksiat, dengan Islam seperti air yang sangat jenih. Jika air tersebut dimasukkan kedalam gelas yang kotor, kehebatan Islam terselindung. Walaupun Islam tetap suci dan murni, telah diaibkan oleh pemeluknya.

Berjuang dengan Islam sehingglah berada dalam jemaah Islam suatu perkara yang sangat indah dan kurniaan dari Allah jua, tetapi jangan lupa kepada bedakwah kepada non muslim.

Mulakan mengajak kawan-kawan terdekat yang non muslim dengan secara berhemah untuk menyelamatkan mereka, jangan lupa juga mendoakan mereka sekurang-kurangnya, kerana itulah sunnah Nabi yang mendoakan Umar Al Khatab sehinggalah dia masuk Islam. Kalaulah dengan menyampaikan Islam secara perbuatan dan lisan kita tidak di amalkan, masakan dengan berdoapun kita tidak pernah, satu perkara yang sangat ganjil dalam dairi kehidupan orang Islam.

Disamping itu, kepada yang telah masuk Islam, jagalah hati meraka, buka dengan maksud supaya memuliakan dan melebih-lebihkan.Paling kurang beberapa hal yang saya hendak senaraikan:-

1.Jangan berterusan memanggil orang masuk Islam dengan panggilan Muaalaf. Tidak salah saya hanya sekali sahaja Allah menyebut di dalam Al Quran dalam Surah At Taubah dalam ayat berkaitan dengan asnaf zakat.Natijahnya saudara kita seolah dikelaskan dengan satu kelas yang tidak berganjak dari mula masuk Islam sampai ke mati. Malah ada berlaku di Bagan Serai Perak, seorang yang masuk Islam sebelum Merdeka telah di panggil muaalaf sampai mati dan terkena lagi kepada anak cucunya dengan gelaran anak ........muaalaf.cucu...muaalaf. Keluarga saudara kita juga merasakan sesuatu penghinaan kepada anak-anak mereka.

2.Masuk Islam bukan masuk melayu.awasilah lidah anda dari menyakitkan hati orang cina, india dan lainnya. mereka tidak sekali-kali masuk melayu, apa lagi dalam keadaan UMNO yang mengadaikan melayu sehinggalah keris pun tidak bersarung lagi, hak orang melayu semuanya dilucutkan seperti keris dilucutkan dari sarungnya.

3. Bertanggung jawablah kepada sesiapa sahaja yang telah anda ajak dia masuk Islam, didiklah meraka supaya menjadi umat Islam yang terbaik dan menjadi contoh kepada yang lain lain, khususnya kepada keluarga mereka. Adakah dianya anak angkat, atau dulunya kekasih yang telah jadi isteri, didiklah asuhlah mereka dengan lebih bertanggungjawab.


terima kasih kepada shekh wan ariffin (  http://inteligentislam.blogspot.com/  )yang sudi share bersama teman2 yang lain..
0

Hebatnya Syurga Berdasarkan Al-Quran




 salam semua para follower yang tak jemu-jemu  melawat blogku.. terima kasih banyak2 disini anda dibenarkan utk like ke fb anda. kerana blog ini di buat khas untuk di kongsi bersama.. semoga anda semua dapat memanfaatkan masa yang berharga ini.. jom kita sama2 fikir tentang satu tajuk yang telah saya sediakan "Hebatnya Syurga Berdasarkan Al-Quran" jom..

Allah menciptakan perkara-perkara yang luar biasa indah dan nikmatnya kepada orang-orang yang bertakwa sehingga menurut Nabi Muhammad s.a.w. di syurga itu terdapat apa-apa yang belum pernah dilihat oleh mata dan didengar oleh telinga serta tidak pernah pula terlintas di hati manusia.
Berikut adalah beberapa ayat Al-Quran tentang kehebatan syurga Allah SWT yang sempat saya kumpul :

"Perumpamaan syurga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa ialah (seperti taman); mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa, sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka." (Surah Ar-Ra'd; 35)

"Kedua syurga itu mempunyai pohon-pohonan dan buah-buahan." (Surah Ar-Rahman; 48)
"Di dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yang mengalir." (Surah Ar-Rahman; 50)
"Di dalam kedua syurga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan." (Surah Ar-Rahman; 52)

"Mereka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat." (Surah Ar-Rahman; 54)
"Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin." (Surah Ar-Rahman; 56)
"Di dalam kedua syurga itu ada dua buah mata air yang memancar." (Surah Ar-Rahman; 66)
"Di dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik." (Surah Ar-Rahman; 70)
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal soleh, bagi mereka syurga-syurga yang penuh kenikmatan..." (Surah Luqman, 8)
"Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal soleh ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dengan izin Tuhan mereka. Ucapan penghormatan mereka dalam syurga itu ialah "salam"" (Surah Ibrahim; 23)
"Mereka tidak mendengar perkataan yang tak berguna di dalam syurga, kecuali ucapan salam. Bagi mereka rezeki di syurga itu tiap-tiap pagi dan petang." (Surah Maryam; 62)
"Berlumba-lumbalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah kurnia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai kurnia yang besar." (Surah Al-Hadid; 21)
"Di syurga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta." (Surah Yasin; 57)

"(Bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera." (Surah Fathir; 33)
"....Syurga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman." (Surah Al-Furqan; 76)

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami syurga-Mu dengan rahmat dan kasih sayang-Mu. Jadikanlah kami hamba-Mu yang beriman dan bertaqwa. Kami teringin menemui-Mu di syurga. Ampunkahlah dosa-dosa kami.


P/S: Berzikirlah kamu sesungguhnya zikir itu boleh menghapuskan dosa2mu semua.. insyaallah...
0

Kenapa Biarkan Ibumu Menangis

Salam Ukhwah dari ku... Hayati tul2 kisah dibawah ni saya sediakan khas untuk anda semua.. 





Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya,
"Mengapa engkau menangis?"
"Kerana aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya.
"Aku tidak mengerti", kata anak itu.
Ibunya hanya memeluknya dan berkata,
"Dan kau tak akan pernah mengerti" Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya,
"Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"
"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.
Anak laki-laki kecil itu pun lalu membesar menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita suka menangis. Akhirnya ia mendapat petunjuk dari Tuhan, Antara bisikan yang didengarinya adalah:

01."Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "

02."Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya "

03."Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "

04."Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya "

05."Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "

06."Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahawa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu "

07."Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk dititiskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan walaupun kadangkala dia tidak memerlukannya."
Tahukah kamu? Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, susuk yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya. Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada.

Tidak akan berbau syurga seseorang anak yang membuatkan seseorang ibu menitiskan air matanya gugur ke bumi.. Derhakalah kamu.... Subhanallah....
0

Bau Busuknya Mengganggu Ahli Neraka

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM.....

ASSALAMUALAIKUM DAN SALAM UHKWAH DARI SAYA




"Rasulullah s.a.w bersabda, maksudnya : "Sesungguhnya tujuh petala langit dan bumi sama mengutuk orang yang selalu berzina dan bau kemaluan pelacur di dalam neraka dapat mengganggu ahli neraka kerana sangat busuknya". (Riwayat al-Bazzar)"

MenjauhiNya

Di antara sifat orang-orang mukmin yang sebenar adalah menjaga kemaluannya dari perbuatan zina kerana zina adalah termasuk dalam kategori dosa-dosa besar (al-kaba'ir) disamping menyekutukan Allah, meminum minuman keras, berjudi, mencuri dan membunuh.

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk". (Al-Israa': 32)

Larangan zina yang digunakan di dalam al-Quran ini mempunyai makna yang sangat mendalam iaitu bukan hanya perzinaan sahaja dilarang, tetapi segala-gala yang menjadi pintu ke arah itu adalah dilarang sama sekali seperti memandang aurat wanita, mendengar perkara yang boleh menaikkan nafsu seperti kelunakan suara, bergaul bebas antara lelaki dan wanita, berdua-duaan dengan orang yang bukan muhrim dan sebagainya. Etika berpakaian juga harus dititikberatkan di mana pakaian seorang muslimah itu wajib memenuhi fungsi dasarnya iaitu menghindarkan seseorang dari dorongan berahi kerana jika aurat tidak ditutup dengan sempurna ia akan mengundang berlakunya kejadian rogol atau perbuatan zina yang boleh merosakkan maruah individu yang terlibat. Hari ini seakan menjadi "trend" kebanyakan pakaian yang dipakai terlalu pendek, ketat dan nipis. Fenomena seperti ini patut dicegah demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Segala saluran yang dikira boleh membawa manusia kepada perzinaan seperti rumah-rumah pelacuran, disko-disko, rumah-rumah urut dan sebagainya hendaklah dicegah dan ditutup keseluruhannya. Jika tidak akan berlakulah perkara-perkara yang tidak diingini.

Rasulullah saw telah bersabda yang maksudnya: "Mana-mana lelaki tidak akan berdua-duaan (berkhalwat) dengan perempuan, melainkan pasti syaitan akan menjadi yang ketiga". (at-Tirmidzi)

Wanita adalah dilarang berkhalwat dengan lelaki yang bukan muhrimnya di mana berkhalwat tidak semestinya berlaku di dalam rumah sahaja tetapi ia juga boleh berlaku di tempat-tempat yang sunyi tanpa dihadiri atau dilihat oleh orang ramai seperti di taman, tasik, pejabat dan sebagainya.

Perlu diingat syaitan merupakan makhluk yang bijak (menghasut). Selagi ada kesempatan yang terluang, ia akan menggoda manusia untuk melakukan perbuatan yang terkutuk.
Oleh itu kita hendaklah sentiasa berwaspada. Jangan sekali-kali menghampiri pintu yang menghumban ke neraka seperti melakukan khalwat yang akhirnya menjebakkan diri kepada zina dan sebagainya.

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud : "Tiga golongan manusia yang Allah tidak akan bercakap dengan mereka di hari kiamat, tidak menganggap mereka sebagai orang yang bersih, tidak melihat kepada mereka, dan mereka akan dimasukkan ke dalam neraka dengan azab yang sangat pedih. Mereka ialah orang tua yang berzina, raja atau pemimpin yang suka berbohong dan orang miskin yang sombong". (Riwayat Muslim)
Allah S.W.T. amat benci kepada tiga golongan manusia. Tiga golongan tersebut adalah orang tua yang masih tidak meninggalkan perbuatan zina, pemimpin yang bercakap bohong dan orang miskin yang sombong. Segala perbuatan yang dilarang oleh agama hendaklah dijauhi dan seandainya seseorang itu terjerumus ke lembah dosa dan noda maka hendaklah dia segera bertaubat agar dosanya diampunkan oleh Allah. Siksaan di akhirat adalah amat pedih. Oleh itu selagi hayat dikandung badan, pergunakanlah masa sepenuhnya untuk memperbanyakkan amal ibadat agar kehidupan di dunia dan akhirat mendapat keredhaan daripada Allah S.W.T.


وَلَا تَقۡرَبُواْ ٱلزِّنَىٰٓ‌ۖ إِنَّهُ ۥ كَانَ فَـٰحِشَةً۬ وَسَآءَ سَبِيلاً۬

Dan janganlah kamu menghampiri zina, sesungguhnya zina itu adalah satu perbuatan yang keji dan satu jalan yang jahat (yang membawa kerosakan).
(Surah Al-Isra' 17 : Ayat ke 32)


0

Wanita Yang Indah



Aduhai wanita... sungguh mahal dirimu di mata lelaki, tetapi mengapa masih ada lagi yang tidak menyedari? Dirimu sungguh agung di mata lelaki dan terlalu mulia di sisi Penciptamu. Namun itu semua hanya jika kau tahu mengagungkan dan memuliakan dirimu sendiri.
Menjadi wanita adalah satu anugerah yang paling indah. Seharum mana pun wangian kasturi tidak mampu menandingi wangian budi pekertimu, lembutnya gumpalan kapas masih tewas dek kelembutan tingkahmu. Halusnya butiran pasir yang menjadi peneman setia si pantai masih tidak dapat menandingi halusnya tuturmu.
Duhai wanita... Sebenarnya maruah diri yang kau galas lebih berat daripada bongkah-bongkah batu yang besar. Kau menepis dengan penuh sabar setiap godaan nafsu dunia yang datang bertubi-tubi hingga hampir mengheretmu ke kancah yang penuh onak duri. Percayalah wanita, akan ada bahagia di akhir kesengsaraanmu asal saja kesabaran menjadi bentengmu.

Wanita ku... Terima sahaja cemuhan dan makian yang muncul bederu -deru ibarat halilintar yang singgah di cupingmu, terima saja itu dengan senyuman dan ambil saja sebagai halwa telinga yang mengajarkan mu erti kesabaran. Itu sebenarnya dendangan sumbang dari bibir-bibir sumbing yang ingin melihat mu tersungkur. Percayalah akan ada berita manis yang singgah dicupingmu suatu masa nanti asal saja gunung kesabaranmu tidak pernah kau tarah.

Saudara wanitaku, iman mu adalah perisai, agamamu adalah landasanmu di setiap langkah yang kau atur. Jangan sesekali kau biarkan anasir songsang memperkotak-katikkan imanmu apatah lagi agama yang kau kandung hanya kerana nikmat duniawi semata-mata. Jangan kau gadaikan maruahmu yang tidak ada galang gantinya hanya kerana mengejar sesuatu yang tidak mungkin bisa kau kendong.
Andai kata kau tersungkur, segeralah bangkit dan sekiranya kau tersasar jauh dari landasan hidupmu, atur kembali langkahmu bersama titipan iman dan mulakan dengan langkah yang baru. Sedangkan Sang Jentayu yang kepatahan sayapnya masih bisa hidup bertongkat paruh apatah lagi kau yang dianugerahkan akal fikiran. Jangan bersedih wahai wanita, andai apa yang kau ingini tidak kau beroleh di dunia, percayalah syurga itu sentiasa menantimu.
Bulatnya iman dan taqwa Sumaiyah ketika dihunuskan tombak ditubuhnya, demikian jugalah bulat imanmu harus kepada Penciptamu. Peganglah kata kata ini, "Kau sebenarnya tidak akan tersasar seandainya keimananmu kau jadikan sebagai tunjang dalam kehidupan".

Wanita, biar tawadukmu lebih menggungung daripada kejelitaanmu, biar keayuanmu terpancar dek kerana lemah gemalainya perilaku. Biar kebijaksanaanmu terpampang oleh tingginya ilmumu. Jangan sesaat pun kau lupa setianya Masyitah pada Tuhannya, agungnya kasih Khadijah kepada agamanya dan perjuangan srikandi-srikandi agama terdahulu.

Jadikan agamamu sebagai tunjang yang memperkasakan akidahmu.Biar kesabaranmu menjadi benteng perjuanganmu dan lebarkan imanmu dengan sejuta lapis sifat mahmudah. Jadilah kita wanita paling bahagia.

renung-renungkanlah...
0

Perkabaran Rasulullah Tentang Kedudukan Ummat Islam Di akhir Zaman



Assalamualaikum dan salam uhkwah buat teman-teman yang selalu mengikuti blogku..

semoga anda semua terus mengikuti perkembangan blogku dari masa kesemasa kerana saya akan cube mencari bahan bacaan yang amat berguna buat tatapan anda semua dan sangat bermanfaat buat kita semua.. hari ini saya nak share satu kisah pedoman dan tauladan tentang satu Tajuk "Kedudukan Ummat Islam Di Akhir Zaman" semoga dengan kisah ini kalian semua di rahmati ALLAH SWT.. Insyaallah... Amin....

--------------------- Selamat Membaca----------------------------

Banyak diantara agama, dan sunnah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- yang dilalaikan orang pada hari ini sehingga terkadang menjadi sesuatu yang mahjur (ditinggalkan).

Inilah yang pernah diisyaratkan oleh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika beliau bersabda dalam sebuah hadits,

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيْبًا وَسَيَعُوْدُ كَمَا بَدَأَ غَرِيْبًا فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

"Islam muncul dalam keadaan asing, dan akan kembali (asing), sebagaimana ia muncul dalam keadaan asing. Maka beruntunglah orang-orang asing". [HR. Muslim dalam Kitab Al-Iman (232)]

Semua ini disebabkan karena kurangnya perhatian kaum muslimin terhadap agamanya dan sunnah Rasul-Nya-shollallahu alaihi wasallam-. Kurangnya perhatian mereka menuntut ilmu syar’i karena kesibukan duniawi yang memalingkan mereka. Sementara mereka tak ada perhatian lagi dengan majelis ilmu dan majelis ta’lim. Akibatnya, agama dan Sunnah Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- terasa asing dan aneh di sisi mereka.

Memang mereka terkadang mendatangi majelis ta’lim. Namun jika mereka hadir, nampak pada wajah mereka lelah dan keterpaksaan ikut majelis ta’lim. Yah, hanya sekedar hadir agar orang tidak mencelanya. Maka anda akan lihat orang semacam ini jika hadir di majelis ta’lim, ada yang ngantuk , bahkan tidur. Ada yang bersandar di tembok, jauh dari ustadz. Ada yang sengaja duduk di belakang untuk sembunyi; jika ngantuk dan tertidur, ia bisa sembunyikan wajahnya di balik punggung kawannya. Ada yang cerita dengan temannya sehingga mengganggu ceramah ustadz. Ada yang melayang pikirannya sampai Amerika. Inilah kondisi mereka sehingga tak heran jika mereka tetap jahil terhadap agamanya.

Jika mendengar cerita yang menguntungkan dunianya, maka matanya terbelalak. Betul dunia adalah nikmat yang Allah berikan. Namun jangan dijadikan tujuan hidup dan pusat perhatian. Dunia diambil sekedar bekal menuju Allah -Ta’ala-. Allah tidak memberikan nikmat kepada seorang hamba-Nya, kecuali nikmat itu hanya sekedar alat dan sarana yang dipakai untuk beribadah dan beramal sholeh. Dunia dengan segala nikmatnya bukanlah merupakan tujuan dan terminal terakhir bagi seorang muslim. Akan tetapi merupakan tempat persinggahan mengambil bekal menuju perjalanan akhir, yaitu akhirat.

Fenomena berlombanya kaum muslimin memperbanyak harta benda dan fasilitas duniawi sehingga membuat mereka lupa terhadap agamanya merupakan sebab tersebarnya kejahilan. Jika semakin hari, semakin tersebar kejahilan, maka ketahuilah bahwa ini adalah salah satu diantara ciri dan tanda dekatnya hari kiamat.

Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ : أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَ يُثْبَتَ الْجَهْلُ

“Diantara tanda-tanda kiamat: Diangkatnya ilmu, dan kokohnya (banyaknya) kejahilan”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (80), dan Muslim dalam Shohih-nya (2671)]

Di akhir zaman, seperti zaman kita ini, sebelum datangnya hari kiamat akan ada hari-hari yang di dalamnya turun dan tersebar kejahilan yang disebabkan oleh malasnya manusia dan enggannya mereka dari menuntut ilmu agama, yaitu ilmu tentang Al-Qur’an dan Sunnah. Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda,


إِنَّ بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ لَأَيَّامًا يَنْزِلُ فِيْهَا الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ الْعِلْمُ

“Sesungguhnya di depan hari kiamat ada hari-hari yang kejahilan diturunkan di dalamnya, dan ilmu diangkat”. [HR. Al-Bukhoriy (6654)]

Di tengah kabut kejahilan menyelimuti manusia, tersebarlah berbagai macam maksiat berupa pembunuhan, pencurian, perzinaan, dan kerakusan terhadap harta. Ini semua diakibatkan oleh hilangnya ilmu agama yang bermanfaat di tengah manusia. Nabi-shollallahu alaihi wasallam- bersabda dalam riwayat lain ketika menyebutkan tanda dekatnya hari kiamat,


يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُُرُ الْهَرْجُ

“Zaman akan saling mendekat, diangkatnya ilmu, munculnya berbagai fitnah (masalah), diletakkan kerakusan, dan banyaknya peperangan”. [HR. Al-Bukhoriy (989) dan Muslim (157)]

Al-Imam Ibnu Baththol –rahimahullah- berkata , “Semua yang dikandung oleh hadits ini berupa tanda-tanda kiamat sungguh kami telah melihatnya dengan mata kepala. Ilmu sungguh telah diangkat, kejahilan muncul, dile tak kannya penyakit rakus dalam hati, fitnah (musibah) merata, dan pembunuhan banyak”. [Lihat Fath Al-Bari (13/16)]

Ini di zamannya Ibnu Baththol –rahimahullah-, maka bagaimana lagi di zaman kita ini kejahilan merata dimana-mana, baik di kota maupun di pedalaman. Kejahilan di negeri kita bukan hanya mengenai rakyat jelata yang tak berpendidikan agama, bahkan juga mengenai kaum terpelajar. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi-shollallahu alaihi wasallam-,

إِنَّ اللهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ اِنْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اِتَّخَذَ النَّاسُ رُؤُسًا جُهَّالًا فُسُئِلُوْا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوْا وَأَضَلُّوْا

“Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu dengan sekali mencabutnya dari manusia. Akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan mematikan para ulama’ sehingga apabila Allah tidak menyisakan lagi seorang ulama’pun, maka manusiapun mengangkat pemimpin-pemimpin yang jahil. Mereka (para pemimpin tsb) ditanyai, lalu merekapun memberikan fatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan (manusia)” .[HR.Al-Bukhory dalam Kitab Al-Ilm (100), dan Muslim dalam Kitab Al-Ilm (2673)]

Al-Imam Abu Zakariya An-Nawawiy-rahimahullah- berkata ketika menjelaskan makna hadits di atas, "Hadits ini menjelaskan maksud tercabutnya ilmu dalam hadits-hadits lalu yang muthlak (umum), bukan menghapusnya dari dada para penghafal (pemilik) ilmu itu. Akan tetapi maknanya, para pembawa ilmu itu (yakni para ulama) akan mati. Lalu manusia mengangkat orang-orang jahil (sebagai pemimpin dalam agama). Orang-orang jahil itu memutuskan perkara berdasarkan kejahilan-kejahilannya. Lantaran itu ia sesat, dan menyesatkan orang". [Lihat Al-Minhaj Syarh Shohih Muslim ibn Al-Hajjaj (16/224), cet. Dar Ihya’ At-Turots Al-Arabiy]

Alangkah banyaknya pemimpin dan ustadz-ustadz seperti ini. Mereka diangkat oleh manusia sebagai seorang ulama’ dan ustadz. Padahal ia tidaklah pantas dijadikan panutan, karena ia jahil. Kalaupun ia berilmu, namun ilmu itu di buang di belakang punggungnya. Manusia jenis ini banyak bermunculan bagaikan jamur di musim hujan.

Coba lihat disana, manusia mengangkat seorang pelawak sebagai “da’i sejuta ummat”. Padahal bisanya cuma tertawa dan menggelitik para pendengar.

Dari arah lain, muncul para normal yang dulunya dijauhi oleh manusia, karena dikenal memiliki sihir. Sesaat kemudian berubah menjadi “da’i sejuta ummat”, karena sekedar pernah memimpin dzikir jama’ah yang dihadiri oleh sebagian kiyai jahil dan orang-orang yang memiliki kedudukan. Dulunya tukang sihir dan dukun (para normal), kini menjadi ustadz, bahkan terakhir bergelar “KH”.

Artis pun tak ketinggalan ambil job dalam kancah dakwah dengan bermodalkan semangat kemampuan tampil di depan publik dan wajah ganteng sebagai modal dengkul untuk menarik ummat menuju ke neraka. Bagaimana tidak, sebab seorang yang berdakwah tanpa ilmu akan mengantarkan dirinya berbicara tanpa batas, sehingga terkadang ia telah merusak dan menghancurkan agama pendengarnya, namun ia tak sadar karena memandang dirinya lebih pandai dari pendengar. Padahal ia jahil atau mungkin lebih jahil dari pendengar. Nas’alullahal afiyah wassalamah minal fitan.

Lebih para lagi, jika dakwah yang ditangani oleh orang-orang jahil dihiasi dengan perkara-perkara yang melanggar syari’at, seperti dakwah dihiasi dengan musik dengan istilah "Nada dan Dakwah". Ini adalah cara dakwah yang keliru, karena menyalahi tuntunan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- . Dengarkan Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda dalam mengharamkan musik,

لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنِ الْحِرَّ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ



"Sesungguhnya akan ada beberapa kaum dari ummatku akan menghalalkan zina, kain sutra, minuman keras (khomer), dan musik". [HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Asyribah (5590)]

Muhaddits Negeri Syam Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy Al-Atsariy –rahimahullah- berkata dalam kitabnya Tahrim Alat Ath-Thorb (hal 105), “Sesungguhnya para ulama dan fuqoha –diantaranya empat imam madzhab- sepakat mengharamkan alat-alat musik karena berteladan dengan hadits-hadits Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam dan atsar-atsar Salaf ”.

Jadi, berdakwah dengan musik merupakan perkara kejahilan dan kebatilan yang menyalahi tuntunan Allah -Ta’ala-, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- , dan para ulama’ kaum msulimin dari dulu sampai hari ini. Oleh karena itu, kita sesalkan adanya sebagian orang-orang jahil atau pura-pura jahil yang menyemarakkan program "Nada dan Dakwah" yang jelas dan nyata menyelihi agama !! Ini lebih diperparah lagi dengan bantuan "Guru Besar" alias televisi dalam menyemarakkannya demi meraih keuntungan duniawi yang semu, dan memperturutkan hawa nafsu.

Realita ummat yang demikian ini membuat dahi berkerut dan kepala sakit karena banyaknya dan bertambahnya “PR” yang perlu diselesaikan oleh para dai kebenaran. Dengan realita kejahilan ummat seperti ini, tak pelak jika banyak menimbulkan masalah. Tak heran jika terkadang ada sunnah Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- yang ingin diamalkan di zaman ini, mereka serta merta merasakannya sebagai suatu yang asing, menolaknya, menganggapnya bukan dari Islam!! Bahkan memusihi dan menyakiti sebagian hamba-hamba Allah -Ta’ala- yang mengamalkannya.

Jika kejahilan tentang agama merata di tubuh ummat, maka akan tersebar berbagai macam pelanggaran, syirik, kekafiran, bid’ah, dan maksiat, baik yang nampak, maupun yang tersemunyi. Inilah awal kehinaan yang akan menimpa ummat Islam yang dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam.

Jika ummat Islam sibuk dengan dunia, sibuk dengan peternakan, pertanian, perdagangan –apalagi riba- sehingga lupa mempelajari agamanya dari Al-Qur’an dan Sunnah, maka Allah akan timpakan kehinaan atas mereka. Inilah kehinaan yang tak mungkin akan tercabut dari tubuh ummat kecuali mereka mau kembali kepada agamanya dengan ilmu agama yang benar, dan berguna.

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ

"Jika kalian berjual-beli dengan cara ‘inah (salah satu bentuk riba, -pen), kalian memegang ekor-ekor sapi, ridho dengan bercocok tanam, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian suatu kehinaan yang tak akan dicabut oleh Allah sampai kalian kembali kepada agama kalian". [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (3462). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Muhaddits Al-Atsariy Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (11)]

Kesibukan dengan dunia menyebabkan kita akan semakin cinta kepadanya, dan takut mati untuk menghadap Allah -Ta’ala- .Seakan-akan kita mengharapkan diri dan harta benda yang melalaikan kita agar kekal di dunia, tanpa menghadapi hisab.

Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu- berkata, Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

يُوْشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ : بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدَوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ قُلُوْبِكُمْ الْوَهْنَ " فَقَالَ قَائِلٌ: يَارَسُوْلَ اللهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

"Hampir saja ummat-ummat saling memanggil (menyerang) menuju kalian sebagaimana orang-orang yang mau makan saling memanggil kepada nampannya". Ada yang bertanya, "Apakah karena kita sedikit saat itu?" Beliau bersabda, "Bahkan kalian saat itu banyak, tapi kalian buih laksana buih ombak. Allah benar-benar akan mencabut perasaan segan terhadap kalian dari dada musuh kalian; Allah akan mencampakkan kelemahan dalam hati kalian". Ada yang bertanya, "Apa kelemahan itu?" Beliau menjawab, "Cinta dunia, dan takut mati".[HR. Abu Dawud dalam Kitab Al-Malahim (4297). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (958)


CREDIT TO : http://skisma2.multiply.com